1 Month 1 Book: April Chapter

I achieved the monthly target early! Sebenernya gegara mulainya dari akhir Maret sih hahaha. I read one of my baby that I bought home from BBW, salah satu dari 3 bukunya Agatha Christie yang gue beli, And Then There Were None. Sebenernya bacanya agak campur-campur sih, karena sempet cari review orang lain juga, daan sempet nonton trailer dan endingnya di youtube. Jadi udah nebak-nebak deh endingnya gimana HAHA, emang suka gitu Irene tuh 😦

Overall…. gue illfeel sama muka si pembunuhnya, jadi beneran serem 😦 wkwkwkwk, mana mukanya mejeng pula di cover-nya. Okay, so here is another review/ spoiler from what I read yaa.

Singkatnya.. lihat 10 orang di cover bukunya? Hooh, 10-10nya meninggal πŸ™ƒ Sounds psychopath enough? Ya.. dalang alias pembunuhnya baru ketahuan di bab akhir bukuya, bener-bener akhir, dan bentuknya adalah surat yang ditulis sendiri sama pembunuhnya, just before he killed himself, ugh.

Jadi ceritanya ada 10 orang yang diundang ke sebuah pulau, oleh seseorang bernama Owen (dengan nama inisial beda-beda di semua surat yang dikirimnya). Ternyata ini semua rancangannya dari seorang hakim, satu diantara sepuluh orang yang datang ke pulau itu. Di setiap kamar mereka ada nursery rhyme, macam lagu buat anak-anak gitu. Ever heard of 10 little soldier boys? Nah iya itu rhyme-nya, tapi dengan diubah liriknya, jadi macam begini:

Ten little soldier boys went out to dine; One chocked his little self and then there were Nine.

Ten little Soldier boys went out to dine;
One choked his little self and then there were nine.

Nine little Soldier boys sat up very late;
One overslept himself and then there were eight.

Eight little Soldier boys travelling in Devon;
One said he’d stay there and then there were seven.

Seven little Soldier boys chopping up sticks;
One chopped himself in halves and then there were six.

Six little Soldier boys playing with a hive;
A bumblebee stung one and then there were five.

Five little Soldier boys going in for law;
One got into Chancery and then there were four.

Four little Soldier boys going out to sea;
A red herring swallowed one and then there were three.

Three little Soldier boys walking in the zoo;
A big bear hugged one and then there were two.

Two little Soldier boys playing with a gun;
One shot the other and then there was One.

One little Soldier boy left all alone;
He went out and hanged himself and then there were none.


Christie, A. (1939). And Then There Were None. London, United Kingdom: Harper Collins Publishers Ltd.

Ketebak nggak? Hooh, satu per satu meninggal dengan ciri yang sama seperti rhyme-nya. Yang pertama “kesedak” terus meninggal, yang kedua meninggal pas tidur, yang ketiga meninggal begitu aja pas duduk di pinggir lautnya (setelah dia sempet bilang dia mau di pulau itu aja, lebih baik nggak balik ke daratan), dan seterusnya. Disama-samain ke rhyme-nya itu, ya sebenernya meninggalnya nggak bener-bener begituu. Yang kesedak sebenernya dia diracunin, dikasih sianida. Terus yang meninggal pas tidur ternyata dikasih minum klorin, dan seterusnya.

And Then There Were None novel, covernya diperbaharui setelah difilmkan

Nah, sebelum satu per satu meninggal itu, pas mereka makan malem, tau-tau ada suara dari rekaman gramophone gitu, nyebutin semua “dosa” 10 orang itu bunuh orang. Sebenernya nggak bisa dibilang literally bunuh sih, misalnya yang dokter, ada pasiennya yang nggak ketolong terus meninggal. Ada yang perawat anak gitu, anaknya emang lemah fisik tapi maksa berenang pas nggak diawasin dan akhirnya meninggal. Terus ada yang tinggalin temen-temennya pas lagi perang demi selametin dirinya sendiri, gitu-gituu.

Setelah pembunuhan kesekian, dan mereka sadar nggak ada siapa pun di pulau itu selain mereka bersepuluh, mereka pun mulai curiga satu sama lain. Satu per satu mulai meninggal kan tuh, ikutin si rhyme, dan sampai yang terakhir sisa 2 orang, 1 cowo sama 1 cewe. Si cowonya ini mantan detektif gitu, yang bawa pistol ke sana. Akhirnya si cewenya tembak si cowonya karena dia juga takut dibunuh. Terus dia sangat-sangat happy dan tenang, karena yakin nggak ada yang bisa ancam dia lagi, abis itu dia gantung diri deh :”)

TERNYATA, masih ada 1 yang hidup, dia pura-pura meninggal only, dan ternyata dia yang rancang semuanya. Si pembunuhnya ini seorang hakim, yang dari dulu emang psikopat gitu sih… Jadi dia menganggap dirinya seniman yang mau “berkarya” dengan cara rancang pembunuhannya sendiri…. sakit ga sih :”) tapi dalem dirinya bertentangan, karena dia punya rasa keadilan tinggi, jadi nggak akan menyakiti yang nggak bersalah gitu. So dari berbagai info dia bisa kumpulin orang-orang yang sebenernya jahat, tapi kejahatannya nggak bisa dibuktikan or nggak bisa kesentuh hukum gitu. Macam dokter yang sebenernya emang bunuh pasiennya, or si perawat anak yang sebenernya emang bunuh anak kecilnya dengan tenggelemin dia pas berenang itu.

Terus dia rancang semuanya, mulai dari beli pulaunya itu, sampai urutan siapa yang meninggal, dan gimana meninggalnya, dimulai dari yang kejahatannya paling “ringan” menurut dia. Dia akuin semua kejahatannya di akhir, tulis surat dalam botol gitu, dan akhirnya dia bunuh diri tapi.. pake trik pun. Jadi polisi yang tanganin kasus itu nggak nemu endingnya, jadi unsolved mystery gitu :”) hhhhhh

Okay, jadi gue jarang baca-baca novel yang berbau misteri or detektif. Biasa cuma komik gitu.. macam detective conan yang dulu saya koleksi lengkap sampai seri ke 60an gitu (yang mana akhirnya stop karena harga komik fisik semakin tidak keruan </3) Waktu itu sempet coba baca Sherlock Holmes, tapi pusing sendiri WKWKWK. Sherlock lebih sueru nonton, apalagi yang seriesnya Benedict Cumberbatch, astaga seru parah.

But overall I kinda like how Agatha Christie tailored the stories sih. Jadi di reviewnya ada yang sempet bilang, tantangannya gimana bikin cerita pembunuhan 10 orang nggak flat begitu aja, and she did it, really well. Pas mau tulis daftar pustakanya, gue baru ngeh ini novel ditulis 1939, dari sebelum Indonesia merdeka astaga hahahah. Agatha Christie sukses (or can I say cukup sukses, karena emang novel thriller gini bukan ranah yang biasa gue baca) bikin ceritanya nggak datar begitu aja. Saking banyak tokohnya dan kepo sama gimana trik selanjutnya, gue bolak balik ke halaman awal-awal yang perkenalan tokoh sama nursery rhyme-nya. Meninggalnya pada nggak ketebak, dan berasanya mereka udah berminggu-minggu di pulau itu. Padahal eh padahal, itu pembunuhannya less than in a week :”)

Highlight point-nya juga ada di monolog masing-masing tokoh sih. Gimana mereka sugesti dirinya sendiri kalau mereka nggak salah, or at least nggak ada yang tau kalau mereka udah buat kesalahan itu. Gimana tegangnya masing-masing, bayangin pas nebak jalan cerita pulau itu, kalau mereka bisa meninggal kapan pun, dan pasti akan meninggal dengan mengenaskan di pulau itu. Gimana mereka nebak, di line nursery rhyme berikutnya itu siapa yang bakal meninggal. Sampai akhirnya ternyata si hakim yang dikira udah meninggal, yang bikin plot buat bunuh mereka semuanya, ntabb. For you who loves thriller or mystery, this might be a good one! Bikin w kepikiran dan horor sendiri pas kelar bacanya :))